3 Genre Film Paling Diminati Gen Z
Menentukan genre film favorit Gen Z bukan perkara mudah, apalagi kalau melihat seberapa cepat tren hiburan berubah di era digital. Generasi yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an ini tumbuh di tengah gempuran platform streaming, viral video di media sosial, dan konten yang serba instan. Tapi justru karena kebiasaan konsumsi media yang unik inilah, selera film Gen Z jadi menarik untuk dikupas lebih dalam.
Kalau generasi sebelumnya mungkin loyal pada genre tertentu seperti drama keluarga atau aksi khas 90-an, Gen Z cenderung lebih fleksibel—mereka bisa menyukai film penuh ledakan seperti John Wick, lalu keesokan harinya tenggelam dalam kisah coming-of-age seperti Lady Bird. Namun, menurut https://layartayang.id di balik keberagaman itu, ada pola menarik yang bisa diidentifikasi dari berbagai survei, statistik tontonan di platform streaming, hingga perilaku mereka dalam berbagi rekomendasi di TikTok dan Instagram.
Artikel ini akan membahas tiga genre film yang paling banyak digemari Gen Z, lengkap dengan alasan mengapa genre tersebut relevan di tengah dinamika psikologis, sosial, dan budaya mereka. Yuk, kita bahas satu per satu!
1. Coming-of-Age: Cermin Emosi dan Perjalanan Diri
Tak bisa dipungkiri, genre coming-of-age punya tempat spesial di hati Gen Z. Film-film jenis ini menggambarkan proses tumbuh dewasa, pencarian jati diri, hingga konflik personal yang relatable banget dengan kehidupan nyata mereka. Di masa ketika pencarian identitas dan tekanan sosial menjadi dua hal yang sering bertabrakan, genre ini jadi semacam pelampiasan emosional yang valid.
Film seperti Eighth Grade, Booksmart, hingga The Perks of Being a Wallflower menggambarkan kegelisahan remaja dengan cara yang tidak menggurui. Gen Z, yang lebih terbuka membicarakan isu kesehatan mental dan emosi, merasa dilihat dan didengar lewat karakter-karakter yang struggling tapi tetap berusaha tumbuh.
Menurut survei penonton usia 16–25 tahun dari beberapa platform streaming global, film dengan tema coming-of-age cenderung memiliki engagement tinggi, baik dari sisi durasi menonton hingga jumlah review positif. Ini menandakan bahwa genre ini bukan sekadar hiburan, tapi juga alat refleksi personal.
2. Horor Psikologis dan Thriller Sosial: Tegang Sekaligus Kritik Realita
Berbeda dari generasi sebelumnya yang menyukai horor konvensional bertema hantu atau darah-darahan, Gen Z lebih condong ke horor psikologis dan thriller sosial. Genre ini memberikan ketegangan yang bukan hanya dari jumpscare, tapi juga dari atmosfer, dialog, dan isu-isu sosial yang dibungkus dalam cerita mengerikan.
Ambil contoh Get Out, Midsommar, atau The Menu. Film-film ini menyajikan horor bukan hanya sebagai sensasi, tapi juga sebagai kritik terhadap struktur sosial, budaya patriarki, atau isu rasisme dan kapitalisme. Ini sejalan dengan karakter Gen Z yang dikenal vokal, kritis, dan aktif dalam isu-isu sosial.
Fakta menarik, genre ini juga berkembang karena Gen Z lebih suka film yang mengundang diskusi dan teori. Setelah nonton, mereka sering membahasnya di media sosial, membuat konten breakdown di TikTok, atau menulis opini di Reddit. Film bukan sekadar ditonton, tapi jadi pemicu percakapan dan ruang untuk menunjukkan perspektif mereka terhadap dunia.
3. Sci-Fi dan Dystopian: Pelarian Sekaligus Peringatan Masa Depan
Di tengah kecanggihan teknologi, AI, dan perubahan iklim yang makin nyata, genre sci-fi dan dystopian makin digemari Gen Z. Bukan hanya karena efek visualnya yang keren, tapi karena genre ini sering menyuguhkan dunia alternatif yang terasa dekat dengan realita masa depan mereka.
Film seperti Dune, Black Mirror (meski dalam format seri), The Hunger Games, dan Everything Everywhere All at Once menunjukkan bagaimana teknologi bisa jadi penyelamat sekaligus malapetaka. Tema ini beresonansi kuat dengan kekhawatiran Gen Z akan masa depan, seperti keamanan data, AI, dan kehidupan sosial yang makin absurd karena digitalisasi ekstrem.
Gen Z yang lahir dan besar dengan internet juga lebih mudah memahami istilah teknis dalam sci-fi. Bahkan, mereka bisa terlibat aktif dalam teori-teori kompleks tentang multiverse atau simulasi. Dalam banyak forum diskusi film, terlihat jelas bahwa genre ini bukan hanya untuk “seru-seruan”, tapi juga sebagai refleksi intelektual dan eksistensial.
Mengapa Tiga Genre Ini Dominan?
Ketiga genre di atas bukan dipilih secara acak, melainkan hasil dari pola konsumsi dan nilai-nilai yang melekat pada Gen Z:
-
Mereka menyukai keaslian dan transparansi. Genre coming-of-age memberikan pengalaman emosional yang jujur.
-
Mereka haus akan tantangan intelektual dan sosial. Horor psikologis dan thriller sosial menjawab kebutuhan itu lewat narasi yang tajam.
-
Mereka hidup di masa transisi teknologi dan krisis. Sci-fi dan distopia jadi cara untuk memahami, atau melarikan diri, dari dunia yang tidak menentu.
Menariknya, Gen Z juga sangat interaktif. Mereka tak sekadar menonton pasif, tapi aktif berkomentar, merekomendasikan, bahkan membuat ulang versi mereka lewat konten digital. Film menjadi bagian dari ekspresi, bukan cuma konsumsi hiburan.
Penutup: Film Adalah Cermin dan Panggung Gen Z
Di tengah era kebebasan berekspresi dan kemajuan teknologi, selera film Gen Z merefleksikan siapa mereka sebenarnya—emosional tapi kritis, logis tapi tetap penuh imajinasi. Genre coming-of-age, horor psikologis, dan sci-fi distopian bukan hanya genre populer, tapi juga simbol dari kompleksitas dunia mereka yang terus bergerak.
Buat kamu yang ingin lebih memahami cara berpikir dan merasakan generasi ini, cobalah tenggelam dalam tiga genre tersebut. Atau jika kamu bagian dari Gen Z sendiri, mungkin sekarang waktunya kamu membuat film yang mewakili kisahmu. Karena, siapa tahu, cerita kamu adalah genre baru yang akan disukai generasi selanjutnya.
Yuk, cari film yang mewakili siapa dirimu hari ini, dan jadikan layar sebagai cermin perjalanan hidupmu!
Posting Komentar untuk "3 Genre Film Paling Diminati Gen Z"