Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

PERNAH HITAM, refleksi antara aku dan waktu

Masa remaja adalah masa transisi yang memiliki komplektisitas jauh lebih banyak daripada masa2 dewasa dan anak2. Di masa ini banyak sekali terjadi self experiment dari sesuatu yang mereka tidak tahu atau mereka anggap tabu, dari mulai mencoba2 merokok, pacaran, mabok, ngedrugs, sampai tawuran.

Sikap labil dan mudah termobilisasi lingkungan sekitar yang membuat masa ini masa yang cukup rawan bagi mereka yang tengah menjalaninya, disadari atau tidak.

Begitupun aku, perkenalan awal dengan satu jenis "barang haram" terjadi begitu saja tanpa aku sadari, berawal dari suatu sore sesudah bermain bola bareng anak2 lain. Kebetulan ada beberapa teman yang datang dan membawa seplastik besar minuman berwarna merah, tanpa pikir panjang coz emang g bawa duit juga, maka aku "minta jatah".

Rasanya enak, karena memang setahu aku itu adalah fanta, minuman karbonasi dari Coca Cola, berhubung dasar haus, lagi kere n temenku nyuruh ngabisin, aku habisin lebih dari setengah isinya. Ga tau kenapa ga ada yang protes waktu itu, pas aku tanya sama temenku yang beli minuman

"ini minuman apa?"
"FANTA 5000an"
"ahhh mana mungkin" (waktu itu satu botol fanta cuma 900perak)
"bener ini produk baru, gimana enak ga?"
"ohhh pantes agak aneh dikit, enak kok, aus juga"

Aku bener2 gak mikir bener engganya cuma percaya aja lah, namanya juga temen masak iya bohong, endingnya ternyata beberapa hari kemudian ada cewek pacar temenku itu dateng trus minta2 maaf gitu soal minuman itu, coz ak ga dong maksudnya ak ia ia in aja, sampai dia bilang minuman itu tuh Fanta campur TM (Topi Miring!!!!)

GLEEEEKKK.....................

Trus terang ak kaget banget, coz selama itu aku ga pernah berhubungan dengan namanya miras, tapi mo gimana lagi udah lacur berhari2 kemaren.

Harusnya aku insyaf, tapi ternyata jalannya ga mudah, justru aku menjadi gampang terpancing untuk tambah lagi dan lagi, mencoba2 yang lain lagi.... lingkungan sekitar memang mendukung untuk hal itu, mabok judi dsb sudah tidak lagi barang tabu, biasa saja meskipun keluargaku termasuk orang yang tegas dalam hal itu. Nafas Naga yang selalu tercium dari mulutku aku siasati dengan mengunyah beras mentah sebelum pulang ke rumah. Jadwal "mabok" dan "nyimeng" sudah menjadi kebiasaan yang dilalui dari hari ke hari.

Pelarian berlanjut dari SMP di Cilacap sampai pertengahan masa SMA di Jogja, sampai pada suatu hari ada peristiwa yang menyadarkan aku, cerita yang cukup konyol tapi punya nilai tersendiri buatku.

Aku punya temen yang jadi salah satu jeger/gali (pentolan preman) dikomunitasku. Meskipun jago berantem ternyata orangnya lembek menghadapi cewek, sejak dulu dia mengincar seorang gadis yang ada di lingkungan sekitar itu, meskipun biasa saja, tapi gadis itu baik dan santun, begonya temenku tuh ga brani berhadap2an langsung ma tuh cewe untuk menyatakan kecintaannya.

Karena kalut, beberapa anak menyarankannya untuk mencegat si gadis lewat, karena ketidakberaniannya berhadapan satu lawan satu seorang teman menyuruhnya mabok dulu sebelum mencegat, memang minum2an keras bisa menurunkan kadar ketakutan dan cenderung tidak takut apapun ( termasuk tidak tahu adat dan tata krama)

Begitulah pada hari H ketika si gadis lewat langsung disergapnya, dipegang dua tangannya dan langsung menyatakan cinta tanpa peduli dengan Nafas Naganya!!!

" Lo mau ga jadi pacar gw, gue cinta lo, klo lo mau, gw bakal berhenti mabok, tp klo lo gak mau gw bakal lebih buruk dari ini"

Tadinya kami mengira si gadis akan takut, tapi apa jawabnya....

"Lo ini, cinta sama diri lo sendiri aja lo gak bisa, gimana lo bisa cinta sama gw!!!!!"

Sontak si cowo dan kami terdiam....gak nyangka ternyata ada Singa dalam diri si gadis, dan yang paling terpukul jelas temen ku, dia langsung ngacir jauh2 dari hadapan si gadis dan tidak pernah menampakkan diri lagi dihadapannya.

Meskipun waktu itu bukan aku yang dipermalukan secara langsung, tapi terus terang hatiku malu mendengar perkataan itu... Sebuah cinta, yah ternyata aku memang tidak mencintai diriku sendiri, bagaimana mungkin aku berharap ada cinta yang datang padaku jika aku tidak lebih dulu menjadikan diriku layak dicintai......

Sejak hari itu tanpa diiringi lagu Mirasnya bang Rhoma, kuputuskan berhenti selamanya dari Miras, biarpun selalu ada ajakan dan ejekan atas penolakanku, selalu ada tempat dan waktu untuk memulainya kembali, masih banyak sahabat dan saudaraku yang kini masih berada di lingkaran itu, tapi aku memutuskan menutup buku terhadap hal itu.

Susahkah untuk berhenti dari semua itu? banyak orang beranggapan begitu susah jika sudah kecanduan, awalnya aku juga cemas jika aku tidak akan mampu melewatinya, setidaknya mengikuti tahapan2 tertentu untuk tidak lagi kecanduan, tapi entah mengapa aku begitu dipermudah untuk terlepas, terlalu mudah bahkan! tanpa tahapan sedikit demi sedikit, semua itu terpotong hari itu juga. Aku sendiri tidak begitu yakin kata2 si gadislah yang benar2 mengubahku, aku hanya tahu ada Allah yang menolongku, dan aku bersyukur atas hal itu.

Kini, aku ingin mencintai diriku agar aku menjadi orang yang layak untuk dicintai, tidak hanya oleh seorang wanita tapi oleh semua orang yang mengenalku.

Tujuh tahun buku itu tetap tertutup rapat dan menjadi bagian hitam dari sejarah hidupku, ya Allah maafkan kebodohanku saat itu.......

Posting Komentar untuk "PERNAH HITAM, refleksi antara aku dan waktu"