Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Einstein, Im in Love

Yang namanya cinta bisa tumbuh dimana saja, ga di jalan, pasar, sekolah, kampus, kafe, kantor, bisa juga di balik tembok(versi semut), atas pohon(momonyet), n dalem air asin(ubur2). Beruntung karena cinta manusia merupakan senyawa kompleks yang chemistrynya bisa tahan lama dalam bentuk kangen, cembokur, nangis bombay, bikin orang sakit jiwa sampe sembuh mendadak, coba tanyakan pada ayam jago jelas dia ga nyambung wong dia cintanya love at first sight kok, begitu nemu pitik babon ya wiss tinggal lantunkan lagune Melinda - cinta satu malam, beresss.

Beruntungnya juga manusia lagi2 karena otak mereka dirancang untuk bisa berpikir kreatif sehingga bisa membuat teknologi yang memudahkan urusan percintaan, klo jaman mbah Roro Jonggrang dulu mungkin cuma bisa make wangsit telepati, mbah Kahlil Gibran pake senjata puisi dan surat cinta sekarang dah bisa pake telepone dan telekkonference. Gak ketinggalan peran fesbuk,BB dan seperangkat alat online lainnya sebagai senjata sahih buat menembak, melamar, bahkan mengikat tali pernikahan lewat dunia maya.

Intinya sih pengin mbahas dunia percintaan yang mulai melebarkan sayapnya lewat kehadiran alam gaib satu ini, dunia onlen. Sejak munculnya jejaring2 sosial di internet semakin banyak kesempatan orang untuk saling mengenal tanpa batasan ruang dan jarak, begitu juga kesempatan untuk menemukan calon pendamping hidupnya. Banyak yang sekedar saling naksir, jatuh cinta sampe ke jenjang pernikahan gegara perkenalan di dunia maya ini. Di satu sisi memang kesempatan menemukan seseorang yang jauh secara fisik dengan kita begitu mudah, namun begitu pula tingkat kerumitannya.

Sudah barang tentu teknologi ciptaan manusia tidak ada apa2nya dibanding ciptaan Yang Maha Kuasa, ketika hati dan pikiran manusia bersatu, bertemu, bertatap muka dan bercengkerama adalah keindahan yang tiada tara. Namun jika jarak dan ruang memisahkan meski terbantu oleh teknologi toh belum selalu kita bisa melihat, mendengar dan merasakan apa yang sebenarnya terjadi di ujung sana. Klo dalam bahasa programmernya sih Not Whay You See Is What You Get (NWYSIWYG). Masih banyak kekurangan yang harus diterjemahkan sendiri oleh pikiran dan hati manusianya.

Butuh kesabaran lebih ketika kita memutuskan untuk mencari pasangan lewat dunia maya, apalagi jika memang terpisah jarak dan berkenalan masih sebatas di dunia maya. Sadar atau tidak sadar kehadiran kita di dunia maya bukanlah untuk menampilkan diri kita apa adanya selayaknya di dunia nyata. Kedatangan kita ke dunia maya, hanya sekedar untuk menanggalkan apa yang ingin kita tanggalkan di dunia nyata sejenak, lalu kembali lagi menyandang semua itu. Kita memang tak pernah hidup di dunia maya, jadi ingatlah dunia nyata-nya, mungkin ini mirip pepatah lama

hidup di dunia maya itu hanya sejenak, hanya seorang pejalan yang mampir minum.

Ada beberapa hal yang memang tidak kita tampilkan di dunia maya, terlalu privat, atau terlalu riskan untuk diungkapkan di dunia maya, entah itu kelebihan maupun kekurangan. Jadi ketika kita memilih untuk mencari pasangan di dunia maya, menemukan seseorang yang benar2 baru, bersiaplah menerima kekurangan yang mungkin tidak pernah kita jumpai sebelumnya, karena mereka pun sama seperti kita memiliki sifat, sikap, kebiasaan yang memang tidak ingin atau tidak bisa diakomodir lewat dunia maya.

Hal lain yang sepele seperti tulisan bernada candaan bisa diartikan mengejek hanya karena text reply tidak mengakomodir mimik muka si pe reply, bisa bikin keki n berantem, di sisi lain perkenalan lewat dunia maya mirip romantisme surat menyurat generasi bapak/kakak2 kita dulu, kenapa gitu?

Mata adalah indera yang paling banyak berpengaruh dalam diri kita, konon dari mata maka cinta turun ke hati, ketika mata kita tidak mampu melihat lebih dari yang kita inginkan maka otak lah yang lebih banyak berperan memainkan chemistry itu. Dulu ketika seseorang mengirimkan sepucuk surat cinta untuk pujaan hatinya, butuh waktu berhari2 sejak menuliskan isi hatinya, mengirimkannya dengan mulut berkomatkamit, sepanjang perjalanan si surat sudah terbayang2 fantasi yang membuat objek cintanya terasa jauh lebih indah, begitu manipulatif!. Sampe pada akhirnya norak2 bergembira begitu mendapatkan balasan, dan ternyata isinya mak plekenyik "Sapa sih Lo?"

Sama seperti di dunia maya, kita tak mampu melihat dan mendengarnya secara langsung, namun dari perkenalan yang dijalani, intensitas komunikasi, keramahan dan keceriaannya membuat diri kita lebih berwarna sehingga terbangun sebuah image di otak kita yang lebih indah dari sebenarnya, siapa yang tahu klo belakangan ketahuan dia ternyata suka kentut sembarangan? bau lagi? Ah tapi luwehlah yang namanya sudah terlanjur cinta, jadi cinta itu ....(tutup idung)

Intine klo memang siap untuk menerima pasangan dari dunia maya, kenapa tidak? bisa mengikuti jejak para MPers yang dipertemukan lewat jejaring sosial ini, syukur2 bisa ikutan ASMARA (As-Sakinah MAwadah WArahmah. raniuswah), jadi... selamat bercinta

n_n


inspirasi dikomporin tulisane Nina sama Adin

mbah mbuh mbah mbuh
gambar dari mari dan mari

Posting Komentar untuk "Einstein, Im in Love"