Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Berbeda yang tak sama, atau sama yang tak berbeda

Dunia yang sama dengan cerita yang berbeda2. Setiap orang memiliki persamaan dan perbedaan, sesuatu yang lumrah dan sangat tidak masalah. Namun ada saatnya kita melihat perbedaan dalam sebuah persamaan dan persamaan dalam sebuah perbedaan.

Sama2 merah, tapi semakin didekatkan semakin berbeda keduanya, ada yang suka merah muda, merah marun, merah ngejreng, merah hati, merah delima, merah merona, merah meriah, dan suka merah merah gak jelas. Sementara dalam dunia periklanan masing2 mengklaim diri sebagai yang paling berbeda paling baik, nyatanya yang dijual sama2 mesin cuci, sama2 jual kulkas, sama2 jualan voucher. Lah intine pada baen.

Gimana klo persamaan n perbedaan dalam berteman baik di alam nyata/ alam gaib macem MP?

Rata2 kita lebih nyaman untuk berteman dengan mereka yang seide, dan ga terlalu nyaman dengan mereka yang ga seide, wajar lah masak tiap hari ketemu cuma main cakar2an? ga lah, masing2 memiliki fleksibilitas, toleransi dan resistensi untuk berhadapan dengan sebuah perbedaan, entah perbedaan yang cuma seupil masalah cara megang sendok, sampai perbedaan yang lebih berat seperti SARA maupun prinsip2 hidup.

Ada yang bisa menerima perbedaan yang cukup prinsipil tentang topik satu, tapi berbalik 180 derajat dengan tema yang lain. Karena masing2 berangkat dari pengetahuan dan pemahaman awal yang berbeda tentu ga jadi masalah. Namun harus diingat bahwa resistensi setiap orang adalah berbeda, mungkin hari ini teman, besok terasa agak menjauh, mungkin hari kemaren musuh, hari ini tumben bisa seide.

Berbeda itu memang indah seperti pelangi, namun mungkin kita hanya selalu siap menerima perbedaan yang ga terlalu masalah bagi kita dan ga pernah siap menerima permasalahan yang terlalu bertentangan dengan prinsip kita. Ga jarang saya sendiri merasakan bisa menerima beberapa hal yang tadinya tabu bagi saya, namun disisi lain justru tidak lagi bisa menerima perbedaan yang harusnya dulu sangat mudah untuk diterima. Namun ada juga hal2 yang memang tidak pernah bisa saya akomodir perbedaannya. Terlalu sulit, karena sangat prinsipil bagi saya sampai saat ini. Memang ada saatnya saya menilai seseorang cukup saklek cara pandangnya, dan orang tersebut memandang justru sayalah yang emang saklek karena ga bisa bertoleransi terhadap cara pandangnya.

(padahal kasus terakhir emang orangnya yang dasar ga siap buat diajak diskusi secara sehat---->>Mutlak subyektivitas dan royalti guaranted berdasar versi saya, ga tau nek versi dia, halah sebodo teuing)

Kita tidak bisa memaksakan agar orang lain menerima perbedaan jika memang itu tidak sesuai dengan dirinya, tapi juga jangan menerima perbedaan yang memang tidak sesuai dengan prinsip2 kita. Kita yang paling tahu sampai dimana batas fleksibilitas dan toleransi kita sampai hari ini. Semua orang berubah, termasuk saya dan anda, hari ini mungkin kita tidak lagi seide, namun besok mungkin kita masih bisa menyatukan pikiran kita lagi.

Karena setiap manusia adalah unik jangan takut berbeda dan dibeda2kan, tidak penting apa kata saya (baca: orang lain) jika memang tidak berkenan, biarkan hidup kita mengalir, sesuai kebebasan dan prinsip hidup masing2 tanpa harus terkotak2 oleh persepsi orang lain.

Berbeda itu memang tak sama...
Karena kita lain dari yang sama...

Turuti kata hati dan kembalikan kesimpulannya pada nurani



Ngomong opo sih Yo?? mbulet2 banget
Bahasan yang membingungkan, yaqin deh...
*ditulis dalam kondisi agak gila dimana penulis yang setengah nahan laper, pengen kentut, senyum dan marah sekaligus

mohon maaf klo visualisasi pada postingan kurang berkenan
gambar 1. Ada apa dengan kita, diambil dari sini
gambar 2. koleksi lama hasil googling: klo ga salah pake keyword colourful summerset walpaper, entah page ke berapa :D

Posting Komentar untuk "Berbeda yang tak sama, atau sama yang tak berbeda"