Sejarah kecil
Melihat anak - anak kecil merokok sebenarnya ikut prihatin juga, karena selain rokok bukanlah barang konsumsi anak anak (seharusnya termasuk bukan konsumsi manusia juga sih), pengkonsumsian rokok di usia dini akan berpengaruh pada ketahanan tubuh dan psikologis si anak. Ketua Komnas Perlindungan Anak, Kak Seto turut mengelus dada atas kondisi ini. Konsumsi rokok pada anak bisa diakibatkan karena peranan lingkungan, dan kurangnya perhatian dari orang tua, sehingga anak mendapatkan pengalaman yang tidak sesuai dengan usianya dan bersifat destruktif.
Kecil - kecil sudah merokok, klo besar mau jadi apa???
Wkwkwkwkwk.............
Kalo pertanyaan ini ditujukan ke aku, jawabannya jelas JADILAH AKU wkwkwkwkwkwk
Yup berbicara tentang pengalaman merokok yang sudah lama aku tutup rapat2 bersama sodaraku dulu, baru aku inget asal mula kenapa dulu bisa menjadi salah satupelopor balita perokok.
Awal mula aku akrab dengan rokok dimulai pada sekitar penghujung kelas 6 SD, karena waktu itu ibuku almarhum sudah meninggal, sementara ibuku yang sekarang masih memproses kepindahan dari BPK Jakarta ke BPK Jogja. Bapak juga ikutan sibuk nyari2 calon barter buat tukar posisi antar guru PNS dari DIY yang mau pindah ke Jateng.
Alkisah ada temenku yang lumayan tajir, klo SD uang sakuku paling banter 500 perak dia tiap hari bawa duit cemban, tentu saja duit yang turah turah ini akhirnya dijadikan dana eksperimen rasa rokok, setiap hari kami dan beberapa temen lain muter - muter ke warung yang agak jauh dari rumah, beli berbagai jenis rokok, dari rokok filter, kretek, sampe yang bungkusan plastik yaitu Rokok BangJo (Rp 25 per bungkus) Rokok2 itu kami nikmatin di trebis (pekarangan di tepian sawah) dan karena beli rokoknya macem2 aneka rasa dan warna praktis ndak pernah habis, jadi deh di sedekahkan buat petani2 yang ada di sawah. Setelah keluargaku pindah ke jogja secara estafet, dan aku yang jadi penghuni terakhir di cilacap mulailah aku terbiasa dengan ngrokok, mabok dan nyimeng.
Lha nek gitu kelas 6 SD kan ga bisa disebut balita????
Hehehehe emang bukan cerita itu yang jadi awal kenalanku sama rokok, tapi berawal dari jaman TK!!!
Seperti jam2 anak TK yang cuma sekolah sampe jam 9, aku dan Aah(Sodaraku) cuma bisa bermain main sendiri, bapak, ibuku dan bude ngajar SD, pak deku bekerja di kelurahan, sementara simbahku setiap selasa dan jumat pagi ikut pengajian di salah satu pondok di desa sebelah.
Entah dari mana idenya, aku dan aah akhirnya sepakat untuk nyoba2 ngerasain merokok seperti kelakuan bujang2 tanggung di sekitar rumah, karena tidak mungkin kami membeli rokok di warung (terpaksa nabung beberapa hari, pasti ditanyain sama bakulnya) ya jadinya nyari puntung rokok yang masih puanjaaaang di sekitar lapangan PJKA.
Sebenarnya tidak ada alasan buat main ke lapangan pagi2 gitu, ndak wajar lah bayi kok main2 sendiri di lapangan, untuk keperluan alibi aku dan aah pura2 mengunjungi rumah Mbah Biyung (simbahnya aah), dan disengajakan lewat lapangan dibanding lewat kampung yang lebih adem, sejuk, ndak kepanasan....
Karena memang sebagai alibi main di rumah Mbah Biyung cuma bentar yang pasti setiap sampai dilapangan aku dan aah akan berakting sedang bermain2, nyari sisa2 bungkus jajanan yang masih bagus padahal lagi ngulik x aja ada puntung rokok yang panjang
Sesampai di TKP (rumah Aah) kami bergegas masuk ke rumah, untuk mengamankan keadaan maka
- mengunci semua pintu dan jendela, termasuk gorden2 biar terkesan rumah sepi
- masuk ke ruang tengah, mengunci pintu masuk dari ruang tamu ke ruang tengah
- masuk ke dalam kamar dan memastikan tidak ada orang yang bisa mengintip kondisi dalam kamar
Mungkin karena saking takutnya ketahuan, biarpun sudah ngunci semua pintu tetep harus:
- Bersembunyi di belakang lemari, berdiri bersebelahan dan mulai menyalakan rokok
Dulunya sempet bersembunyi di bawah kolong tempat tidur tapi coz kotor dengan sarang laba2 yah masih enak di belakang lemari hehehehe
Nah sekarang udah pada tau to apa jadinya kalo anak dari kecil sudah merokok, maka gedenya kuliahe ra lulus2, nabung kangelan, dan tentu saja dah tau rokok tu ga sehat, meracuni janin, bikintidak perjaka impoten, penyakiten tetep wae NDABLEGGGGGG
Gak nyangka klo sekarang banyak balita yang juga mengikuti jejak kami, mungkin dulunya Aku dan Aah sempet jadi juara Kontes Tarkam Balita Gendeng kali yah????
OH MY GODDDDDDD!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Kecil - kecil sudah merokok, klo besar mau jadi apa???
Wkwkwkwkwk.............
Kalo pertanyaan ini ditujukan ke aku, jawabannya jelas JADILAH AKU wkwkwkwkwkwk
Yup berbicara tentang pengalaman merokok yang sudah lama aku tutup rapat2 bersama sodaraku dulu, baru aku inget asal mula kenapa dulu bisa menjadi salah satu
Awal mula aku akrab dengan rokok dimulai pada sekitar penghujung kelas 6 SD, karena waktu itu ibuku almarhum sudah meninggal, sementara ibuku yang sekarang masih memproses kepindahan dari BPK Jakarta ke BPK Jogja. Bapak juga ikutan sibuk nyari2 calon barter buat tukar posisi antar guru PNS dari DIY yang mau pindah ke Jateng.
Alkisah ada temenku yang lumayan tajir, klo SD uang sakuku paling banter 500 perak dia tiap hari bawa duit cemban, tentu saja duit yang turah turah ini akhirnya dijadikan dana eksperimen rasa rokok, setiap hari kami dan beberapa temen lain muter - muter ke warung yang agak jauh dari rumah, beli berbagai jenis rokok, dari rokok filter, kretek, sampe yang bungkusan plastik yaitu Rokok BangJo (Rp 25 per bungkus) Rokok2 itu kami nikmatin di trebis (pekarangan di tepian sawah) dan karena beli rokoknya macem2 aneka rasa dan warna praktis ndak pernah habis, jadi deh di sedekahkan buat petani2 yang ada di sawah. Setelah keluargaku pindah ke jogja secara estafet, dan aku yang jadi penghuni terakhir di cilacap mulailah aku terbiasa dengan ngrokok, mabok dan nyimeng.
Lha nek gitu kelas 6 SD kan ga bisa disebut balita????
Hehehehe emang bukan cerita itu yang jadi awal kenalanku sama rokok, tapi berawal dari jaman TK!!!
Seperti jam2 anak TK yang cuma sekolah sampe jam 9, aku dan Aah(Sodaraku) cuma bisa bermain main sendiri, bapak, ibuku dan bude ngajar SD, pak deku bekerja di kelurahan, sementara simbahku setiap selasa dan jumat pagi ikut pengajian di salah satu pondok di desa sebelah.
Entah dari mana idenya, aku dan aah akhirnya sepakat untuk nyoba2 ngerasain merokok seperti kelakuan bujang2 tanggung di sekitar rumah, karena tidak mungkin kami membeli rokok di warung (terpaksa nabung beberapa hari, pasti ditanyain sama bakulnya) ya jadinya nyari puntung rokok yang masih puanjaaaang di sekitar lapangan PJKA.
Sebenarnya tidak ada alasan buat main ke lapangan pagi2 gitu, ndak wajar lah bayi kok main2 sendiri di lapangan, untuk keperluan alibi aku dan aah pura2 mengunjungi rumah Mbah Biyung (simbahnya aah), dan disengajakan lewat lapangan dibanding lewat kampung yang lebih adem, sejuk, ndak kepanasan....
Karena memang sebagai alibi main di rumah Mbah Biyung cuma bentar yang pasti setiap sampai dilapangan aku dan aah akan berakting sedang bermain2, nyari sisa2 bungkus jajanan yang masih bagus padahal lagi ngulik x aja ada puntung rokok yang panjang
Sesampai di TKP (rumah Aah) kami bergegas masuk ke rumah, untuk mengamankan keadaan maka
- mengunci semua pintu dan jendela, termasuk gorden2 biar terkesan rumah sepi
- masuk ke ruang tengah, mengunci pintu masuk dari ruang tamu ke ruang tengah
- masuk ke dalam kamar dan memastikan tidak ada orang yang bisa mengintip kondisi dalam kamar
Mungkin karena saking takutnya ketahuan, biarpun sudah ngunci semua pintu tetep harus:
- Bersembunyi di belakang lemari, berdiri bersebelahan dan mulai menyalakan rokok
Dulunya sempet bersembunyi di bawah kolong tempat tidur tapi coz kotor dengan sarang laba2 yah masih enak di belakang lemari hehehehe
Nah sekarang udah pada tau to apa jadinya kalo anak dari kecil sudah merokok, maka gedenya kuliahe ra lulus2, nabung kangelan, dan tentu saja dah tau rokok tu ga sehat, meracuni janin, bikin
Gak nyangka klo sekarang banyak balita yang juga mengikuti jejak kami, mungkin dulunya Aku dan Aah sempet jadi juara Kontes Tarkam Balita Gendeng kali yah????
OH MY GODDDDDDD!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Posting Komentar untuk "Sejarah kecil"