Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Remembering: The One

Pagi ini udara lembut menyapaku....
Kumainkan jemariku di atas papan2 huruf yang bisu ini....

Alhamdulillah....

Sampai juga dengan selamat di kampung halamanku, setelah touring berdua dengan seorang temen TK yang juga kuliah di Jogja. Kami sampai di tujuan saat sholat tarawih, nganter temenku dulu ke rumahnya, agak lucu juga ibunya lupa siapa aku...

Hmmm....
Menyenangkan bertemu orang2 yang berasal dari masa lalu kita, orang2 yang memiliki kenangan dekat dengan kita. Apalagi karena jarak dan waktu yang memisahkan selama ini. Pagi ini aku teringat dengan seorang sahabatku yang lain. Seorang cerdas yang kami berdua tak pernah bisa kalahkan selama di SD. Dulu angkatan kami termasuk yang paling banyak di kampung, ruang kelas tidak cukup untuk menampung hampir 60 siswa. Itulah makanya sepanjang sejarah SD kami, hanya angkatan kami yang punya angkatan doble.

Dulu, di angkatan kami ada 5 anak yang saling bersaing meraih peringkat pertama di dua kelas tersebut. The Big Five, begitulah para guru menjuluki kami, Aku, Budi, Eko, Agung dan Ratna... Lima orang yang tak pernah bisa digeser anak lainnya, meskipun demikian tidak ada satupun dari kami berempat mampu mengalahkan The One, si Budi.

Ayah budi hanyalah seorang pegawai kasar di perum PJKA, rumahnya paling jelek diantara kami, hanya berdinding bambu.. sampai hari ini. Tinggal di rumah sempit bersama 7 saudara dan orang tuanya. kehidupan yang susah, rumah yang sempit, berlantai tanah. Buku teks pelajaran tak pernah ada di rumahnya, dia hanya punya satu buku catatan yang selalu dilipat dan dijejalkan ke bagian belakang celananya. Kucel pasti, bau ya iyalah.

Keluarga itu cukup tertutup dengan tetangga2nya. Anak2nya hampir tak pernah bergaul di masyarakat, bagiku ketika itu sangat aneh jika ternyata tak ada yang bisa mengalahkan si Budi di sekolah.

Ada satu hal yang sangat berkesan bagiku tentang dia, awal 1997 waktu itu kami kelas 5 SD, aku dan dia bermain tebak2an tentang hasil pemilu 1997. Aku menebak Suharto lah lagi2 yang akan menjadi presiden, dia hanya tersenyum lalu bilang padaku

" Klo Suharto jadi presiden lagi, aku yakin dia bakal di lengserkan"

Aku ga habis pikir kenapa ketika itu dia bisa menebak seperti itu, waktu itu krismon belum ada, rakyat Indonesia masih menikmati kepemimpinan Suharto, toh seorang anak ingusan yang tak pernah menyentuh teknologi justru bisa meramalkan sejarah besar negeri ini.

5 tahun lalu, temenku dikeluarkan dari sekolahnya, entah apa alasan pastinya, aku hanya tahu dia sakit berhari2 dan surat ijinnya tak pernah sampai di sekolah. Sejak itu dia mulai frustasi, satu persatu teman seangkatanku enggan bermain dengannya, hanya aku teman yang sering dia ajak bertukar pikiran, itupun hanya beberapa hari dalam setahun klo aku pulang kampung dari Jogja.

Beban pikiran membuatnya stress, GILAAAAAAAAAA!!!!!!

Yah gila, selama masa kuliah, setiap aku pulang kampung aku selalu menyempatkan diri ke rumahnya, kadang suatu saat dia sedang benar2 gila, kadang bisa diajak bicara dari hati ke hati, begitu seterusnya, gila, sadar, gila, sadar, gila.... klo lagi high, kerjaannya cuma ngringkuk di samping lemari, biasanya aku sampai harus menyeretnya ke kamar mandi, mandiin dia. tubuhnya kaku, kukunya item2, rambut acak2an, badannya dekil.

Aku tahu aku tak akan pernah punya cukup waktu untuknya, aku sudah berusaha mengembalikan semangatnya... tapi entahlah.....

Hari ini sodaraku bilang, dia pergi beberapa bulan lalu...
menghilang.....
Entah kemana, sebelum pergi dia minta dibuatkan KTP
Entah dimana dan apa yang dilakukannya sekarang
Apakah dia masih ingat apa yang ia bagi padaku???
Masihkah Tuhan melindunginya??
Masihkah ia bernafas??

Where are you brother, I'm here but you are gone....

Posting Komentar untuk "Remembering: The One"